Salafus shalih sangat khawatir dari tertimpa syirik khafiy (syirik yang tersembunyi)

 

Dari yasaar , yusuf bin asbath pernah berkata kepadaku, " hendaklah kalian mempelajari bagaiamana agar amal sholih itu sehat (selamat) dari penyakitnya, karna sesungguhnya aku telah mempelajarinya selama dua puluh dua ( 22 ) tahun

 ( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman  545 )

Berkata ibnul jauziy, " dahulu ibnu sirin berbincang bincang bersama manusia di siang hari dan tertawa bersama mereka. Namun apabila datang waktu malam, dia seakan akan seperti telah membunuh satu negeri ( karna banyaknya menangis- pent) 

( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 248 )


Dari Ummu abbad, istrinya hisyam bin hassan, dia pernah menceritakan, " dahulu kami pernah menginap di rumahnya Muhammad bin sirin , kami mendengar tangisannya di malam hari dan tertawanya di siang hari 

( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 251 )

Berkata sufyan bin 'uyainah , suatu hari aku pernah tertimpa kesedihan lalu aku menangis. Maka aku berkata dalam hatiku, " seandainya ada sebagian teman teman kami disini pasti dia juga akan merasakan kesedihan bersama ku. Maka akupun tidur sejenak. Ketika itu datang seseorang dalam mimpiku lalu menendangku. Orang itu berkata, " wahai sufyan, Ambillah pahalamu dari orang yang engkau senang agar dia melihat amal shalihmu 

( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 250 )

Dari yazid bin Abdillah bin syikhkhir beliau menceritakan bahwasanya dahulu ada seseorang yang mendatangi tamim ad daariy, kemudian dia berkata, " bagaimana sholatmu dimalam hari ( wahai tamim) ?. Maka (mendengar pertanyaan tersebut), Tamim langsung sangat marah kemudian berkata, Demi Allah, satu rokaat sholat yang aku kerjakan di pertengahan malam dalam keadaan tersembunyi lebih aku sukai daripada aku sholat sepanjang malam kemudian aku ceritakan kepada manusia

( lihat kitab ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlaash halaman 234 )

Berkata Al Imam Ibnul Qayyim  “Adapun kesyirikan (penyimpangan) dalam niat dan keinginan (manusia) maka itu (ibaratnya seperti) lautan (luas) yang tidak bertepi dan sangat sedikit orang yang selamat dari penyimpangan tersebut. Maka barangsiapa yang menginginkan dengan amal kebaikannya selain wajah Allah, atau meniatkan sesuatu selain untuk mendekatkan diri kepada-Nya, atau selain mencari pahala dari-Nya maka sungguh dia telah berbuat syirik dalam niat dan keinginannya. Sedangkan Ikhlas adalah dengan seorang hamba mengikhlaskan untuk Allah (semata) semua ucapan, perbuatan, keinginan dan niatnya” 

(lihat kitab ad da' wad dawa' halaman 312 - 313 )


Dari Abdullah bin  Mubaarak diriwayatkan bahwa beliau pernah menceritakan, " Hamdun bin Ahmad pernah ditanya, ' mengapa ucapan ulama salaf lebih berguna dari ucapan kita ? ' , beliau kemudian menjawab, ' karna mereka  berbicara untuk kemuliaan islam, keselamatan jiwa dan untuk mencari keridhoan Ar Rahman ( Allah ). Sedangkan kita berbicara untuk kemuliaan diri, mencari dunia, dan untuk mencari keridhoan manusia. ' " 

( Lihat kitab aina nahnu min akhlaaqis salaf halaman 15 )

Ayyub as-Sakhtiyani rahimahullah berkata, “Apabila disebutkan tentang orang-orang salih maka aku merasa diriku teramat jauh dari kedudukan mereka.” 

(lihat kitab Muhasabat an-Nafs wa al-Izra’ ‘alaiha, hal. 76 oleh Imam Ibnu Abid Dun-ya).

Yunus bin ‘Ubaid rahimahullah berkata, “Sungguh aku pernah menghitung-hitung seratus sifat kebaikan dan aku merasa bahwa pada diriku tidak ada satu pun darinya.”

(lihat kotab Muhasabat an-Nafs wa al-Izra’ ‘alaiha, hal. 80)

Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah -seorang tabi’in- mengatakan, “Aku telah berjumpa dengan tiga puluh orang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka semua merasa takut dirinya tertimpa kemunafikan. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang mengatakan bahwa imannya sebagaimana iman Jibril dan Mika’il.”

(  HR. Albukhari:1/26 dalam kitab an nifaq halaman 14 )

: ... Maka sesungguhnya, obat ( agar bisa) ikhlas adalah dengan mematahkan bagian bagian nafsu ( di dalam hati)  dan memutus (membuang) sifat tamak terhadap dunia,  dan hanya mengharapkan pahala akhirat , yang mana semua itu ( nafsu dan sifat tamak terhadap dunia) sering mendominasi hati seseorang. Maka dengan sebab itu, ia akan mudah untuk ikhlas. Betapa banyak manusia telah capek capek untuk beramal sholih, dia menyangka amalnya telah ikhlas mengharapkan wajah Allah namun ia sebenarya telah tertipu, karna dia tidak melihat ada penyakit ( pada amal sholihnya)

 ( Lihat kitab tazkiyatun nifuus halaman 15 )

Ibrahim bin Abdullah menceritakan kepada kami dari Ismail bin 'aliyah, beliau pernah berkata, " telah sampai kepadaku perkataan dari muhammad bin wasi' , beliau berkata, ' seandainya dosa dosa itu memiliki bau, maka tidak akan ada yang tahan duduk bersamaku' " 

( lihat kitab muhasabatun nafsi wal izra' 'alaiha halaman 82 )


Berkata Al Hasan, " sesungguhnya penduduk surga kekal didalam surga dan penduduk neraka kekal di dalam neraka disebabkan karna niat niat mereka ( Al Ihya' : 4/317 dalam kitab Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 34 )

...mengapa Allah mengazab orang kafir dengan dikekalkan ke dalam api neraka yang tidak ada batas akhirnya, sementara kita tahu, seharusnya yang namanya adil konsekuwensinya adalah hendaknya seseorang itu di azab sesuai dengan kadar dosa yang ia lakukan ?? Sementara orang mukmin tidak kekal di nereka padahal orang mukmin hanya melakukan ketaatan di dunia hanya sebentar, bahkan ada yang berserah diri kepada Allah sebelum maut mendatanginya dan ia masuk islam dan iapun meninggal padahal ia belum pernah sujud walaupun satu kali  sujud ?? Maka sebab (mereka kekal di surga atau neraka ) adalah karna orang yang beriman memiliki niat untuk melakukan ketaatan kepada Allah untuk selama lamanya, sehingga balasannya ia kekal disurga karna sebab niatnya. sedangkan orang kafir ia memiliki tekad dan niat untuk kufur kepada Allah selama lamanya sehingga balasannyapun ia kekal dalam api neraka disebabkan karna niatnya...

( lihat kitab Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 34 )

Berkata Hasan Al Bashriy , " seorang hamba akan senantiasa berada dalam kebaikan selama dia mengetahui hal hal yang bisa merusak amal shalihnya. Dan seorang hamba tidak boleh merasa cukup (merasa tidak butuh lagi) untuk mengilmui apa saja yang Allah perintahkan kepada kita dalam hal melindungi diri dari perbuatan riya. Karna riya' disifati dengan " sesuatu yang sangat samar" . Di dalam hadits disebutkan bahwa syirik itu lebih samar dari rayapan semut. ' " 

( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlaash halaman 483 )

Berkata Abu Sulaiman Ad Daraniy, " melindungi (diri) dari (sesuatu yang merusak ) amal shalih lebih sulit daripada (hanya) melakukan amal shalih. Telah berlalu perkataan Sufyan At Tsauri, ( beliau pernah berkata), ' Aku senantiasa melakukan perbuatan Riya' namun aku tidak menyadarinya sampai aku bermajlis dengan Abu haasyim, maka akupun mengambil ( faedah) darinya (bagaiamana cara)  meninggalkan riya' 

( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlaash halaman 483 )

Berkata sufyan bin 'uyainah, " berkata salah seorang dari ulama, " ada dua (permasalah/penyakit) yang aku telah berusaha mengobatinya selama tiga puluh tahun, yakni, (1)meninggalkan(menghilangkan) sifat tamak terhadap apa yang ada antara diriku dan manusia,  dan (2) (sulitnya)mengikhlashkan amal sholih hanya untuk Allah 'azzaa wa jalla 

( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 19 )

Berkata Abdullah bin mas'ud radhiyallaahu 'anhu, " suatu perkataan tidak akan bermanfaat kecuali dengan diamalkan,  perkataan dan amal sholih tidak akan bermafaat kecuali dengan niat ( yang ikhlash), perkataan, amal sholih dan niat (yang ikhlas) juga tidak akan bermanfaat kecuali semua itu harus sesuai dengan sunnah (sesuai dengan apa yang telah di ajarkan oleh Rasulullah) 

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 41)

Maimun bin Mihran rahimahullah dahulu pernah berkata, " sesungguhnya amal sholih yang dilakukan terang terangan tanpa disertai dengan hati (niat) yang shalih diiibaratkan seperti jamban ( Toilet/WC/tempat BAB) yang diperindah pada bagian luarnya saja." 

( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlaash halaman 567 )

Berkata Yahya Bin Main rahimahullah : " Aku tidak pernah melihat orang yang seperti Imam Ahmad Bin Hambal, kami telah bersahabat dengannya selama lima puluh tahun. Beliau tidak pernah berbangga diri kepada kami dengan sesuatu pun yang ada pada beliau dari kesalehan dan kebaikan beliau." 

( lihat kitab hilyatul auliya' jilid 9 halaman 181 )

Next Post Previous Post