AQIDAH TAUHID JIKA KEINGINAN, PENDAPAT, RENCANA KITA BELUM BISA TERCAPAI

Diantara tanda lemahnya Iman adalah -pent:)

وَأَنْ تَذُمَّهُمْ عَلَىٰ مَا لَمْ يُؤْتِكَ اللهُ

"Engkau mencela manusia atas sesuatu ( Rizki) yang Allah belum/tidak berikan kepadamu,"

يَعْنِي: إِذَا سَعَيْتَ تَطْلُبُ شَيْئًا مَحْبُوبًا مِنْ أُمُورِ الدُّنْيَا وَلَمْ يَحْصُلْ لَكَ فَلَا تَذُمَّ النَّاسَ،

"Maknanya: 

Jika engkau telah berusaha untuk mendapatkan  sesuatu yang engkau cintai dari urusan dunia, lalu sesuatu yang engkau cintai itu ternyata  tidak terjadi untukmu, maka janganlah engkau  mencela manusia,"

لِأَنَّ هَذَا بِيَدِ اللهِ، لَوْ شَاءَ اللهُ لحَصَلَ لَكَ،

"Karena hal itu sebenarnya berada di tangan Allah; seandainya Allah menghendaki, niscaya hal itu akan terjadi untukmu,"

وَالنَّاسُ لَيْسَ بِأَيْدِيهِمْ شَيْءٌ، وَإِنَّمَا هَذَا بِيَدِ اللهِ،

"Dan manusia sama sekali  tidak memiliki kuasa atasnya,sesungguhnya hal itu, sepenuhnya di tangan Allah,"

لَوْ أَرَادَ هَذَا لحَصَلَ لَكَ،

"Seandainya Allah menghendaki, pasti akan terjadi bagimu,"

فَكَوْنُهُ لَمْ يَحْصُلْ لَكَ هَذَا دَلِيلٌ عَلَىٰ أَنَّ اللهَ لَمْ يُرِدْهُ لَكَ،

"Maka tidak terjadinya sesuatu yang engkau inginkan  adalah bukti bahwa Allah tidak menghendakinya untukmu,"

فَعَلَيْكَ أَنْ تَرْضَىٰ، وَرُبَّمَا يَكُونُ امْتِنَاعُ هَذَا الشَّيْءِ عَنْكَ فِي صَالِحِكَ،

"Maka saat itu  wajib bagimu  untuk ridha ( atas kehendak Allah-pent), dan bisa jadi tertahannya perkara itu darimu adalah demi kebaikanmu,"

أَنْتَ لَا تَدْرِي مَاذَا تَكُونُ الْخِيرَةُ،

"Engkau tidak tahu di mana letak kebaikan yang Allah pilihkan untukmu,"

فَأَنْتَ تُبْذِلُ السَّبَبَ، فَإِنْ حَصَلَ الْمَطْلُوبُ فَالْحَمْدُ لِلَّهِ،

"Tugasmu adalah berusaha menempuh sebab; jika apa yang engkau inginkan tercapai, maka segala puji bagi Allah,"

وَإِنْ لَمْ يَحْصُلِ الْمَطْلُوبُ فَإِنَّكَ تَرْضَىٰ عَنِ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ وَتَحْمَدُهُ،

"Dan jika keinginanmu tidak tercapai,  maka engkau harus  ridha kepada Allah Subḥānahu wa Taʿālā dan memuji-Nya,"

وَتُحَاسِبُ نَفْسَكَ عَلَى التَّقْصِيرِ،

"Dan ( Saat itu ) engkau berusaha  menghisab ( menginstospeksi)  dirimu atas kekuranganmu (dosa dosamu- pent),"

وَتَعْلَمُ أَنَّكَ مَا حُرِمْتَ هَذَا الشَّيْءَ إِلَّا لِأَحَدِ أَمْرَيْنِ:

"Dan engkau mengetahui bahwa tidaklah engkau terhalang dari perkara yang engkau inginkan  kecuali karena dua hal:"

إِمَّا لِأَنَّكَ مُقَصِّرٌ فِي حَقِّ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ،

"Pertama:

Karena engkau telah sering  lalai dalam memenuhi hak Allah Subḥānahu wa Taʿālā,"

وَأَنَّ اللهَ حَرَمَكَ هَذَا الشَّيْءَ بِسَبَبِ ذُنُوبِكَ وَمَعَاصِيكَ،

"Sehingga Allah menghalangimu dari perkara yang engkau inginkan karena dosa-dosa dan maksiatmu,"

أَوْ أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ مَنَعَهُ لِمَصْلَحَتِكَ،

"Atau ( kedua)

Karena Allah Subḥānahu wa Taʿālā menahannya demi kebaikanmu,"

لِأَنَّهُ لَوْ جَاءَكَ لَسَبَّبَ لَكَ شَرًّا،

"Karena bisa jadi jika keinginanmu itu  datang kepadamu, justru nanti itu akan mendatangkan keburukan untukmu,"

هَذَا مَوْقِفُ الْمُؤْمِنِ عِنْدَمَا لَا يَحْصُلْ لَهُ مَطْلُوبُهُ.

"Inilah seharusnya sikap seorang mukmin ketika ia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya."

(Lihat Kitab I'anatul Mustafid bi Syarhi Kitaabit Tauhid Halaman 77)



وَأَنْ تَحْمَدَهُمْ عَلَى رِزْقِ اللهِ

( Diantara tanda lemahnya Keyakinan kepada Allah juga  adalah (-pent ): )

"Engkau malah memuji manusia  atas rezeki yang Allah berikan,"

أي: ومن ضعف اليقين: أن تحمدهم على رزق الله،

"Yaitu ( maknanya): 

Termasuk dari lemahnya keyakinan kepada Allah adalah engkau memuji manusia  atas rezeki yang  Allah berikan ,"

إِذَا جَاءَكَ رِزْقٌ وَجَاءَكَ خَيْرٌ تَنْسِبُ هَذَا إِلَى النَّاسِ وَتَحْمَدُهُمْ عَلَيْهِ،

"Jika datang kepadamu rezeki Allah dan datang pula kebaikan, engkau malah  menisbatkannya kepada manusia dan memuji mereka karena Rizki Allah itu,"

مَعَ أَنَّ الرِّزْقَ مِنَ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى،

"Padahal rezeki itu sebenarnya berasal dari Allah Subḥānahu wa Taʿālā,"

فَالْوَاجِبُ: 

أَنْ تَحْمَدَ اللهَ لَا أَنْ تَحْمَدَ النَّاسَ،

"Maka kewajibanmu ( sebenarnya) adalah memuji Allah, bukan memuji manusia,"

إِنَّمَا تَحْمَدُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لِأَنَّهُ هُوَ الرَّزَّاقُ،

"Sesungguhnya engkau harusnya  memuji Allah ʿAzza wa Jalla saja karena Dialah yang Maha Pemberi Rezeki,"

وَإِذَا كَانَ لِأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ تَسَبُّبٌ فِي هَذَا الرِّزْقِ،

"Jika ada seseorang dari kalangan  manusia yang menjadi sebab datangnya rezeki Allah itu kepadamu  ,"

فَإِنَّ هَذَا الْمُتَسَبِّبَ يُشْكَرُ عَلَى قَدْرِ مَا فَعَلَ،

"Maka orang yang menjadi sebab itu ( manusia ) hendaknya  engkau syukuri ( berusaha balas) sesuai kadar kebaikan  yang ia lakukan kepadamu"

لَا أَنْ يُنْسَبَ الرِّزْقُ إِلَيْهِ،

"Bukan dengan menisbatkan rezeki itu kepada manusia tersebut"

وَإِنَّمَا يُشْكَرُ عَلَى سَعْيِهِ وَعَلَى مَا بَذَلَ مِنَ السَّبَبِ فَقَطْ،

"Namun ( yang mesti engkau lakukan adalah ) engkau berusaha  mensyukuri (membalas)  kebaikan yang telah ia upayakan ,"

مَعَ الِاعْتِرَافِ أَنَّ الرِّزْقَ مِنَ اللهِ.

"Namun dengan tetap mengakui bahwa rezeki itu sebenarnya  berasal dari Allah."

وَأَنَّ هَذَا الشَّخْصَ إِنَّمَا هُوَ سَبَبٌ فَقَطْ،

"Dan dengan meyakini  bahwa orang tersebut  hanyalah sekadar sebab saja,"

وَفِي الْحَدِيثِ: 

(مَنْ لَا يَشْكُرِ النَّاسَ لَا يَشْكُرِ اللهَ)

"Dan dalam hadits Nabi di sebutkan 'Barang siapa tidak bersyukur ( berterima kasih)  kepada manusia, maka ia berarti  tidak bersyukur kepada Allah',"_

وَفِي الْآخَرِ:

 (مَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ،

"Dan dalam hadits yang lain disebutkan : Barang siapa berbuat baik kepadamu maka berusahalah engkau membalas kebaikannya"

فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُوهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ)،

"Jika kalian tidak menemukan ( melakukan ) suatu usaha untuk membalas kebaikannya , maka doakanlah dia hingga kalian merasa telah membalas kebaikannya',"

فَالنَّاسُ إِنَّمَا تَجْرِي عَلَى أَيْدِيهِمْ أَسْبَابٌ يُشْكَرُونَ عَلَيْهَا وَيُدْعَى لَهُمْ،

"Maka manusia sebenarnya hanyalah tempat berjalannya sebab-sebab yang mereka disyukuri (di balas) karenanya dan didoakan,"

أَمَّا أَنْ يُنْسَبَ الرِّزْقُ إِلَيْهِمْ، وَيُقَالَ: هَذَا مِنْ فُلَانٍ،

"Adapun menisbatkan rezeki kepada mereka ( manusia yang telah memberikan kita kebaikan-pent )  dan mengatakan: 

'Ini dari si Fulan',"

فَهَذَا كُفْرٌ بِنِعْمَةِ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى، وَمِنْ ضَعْفِ الْيَقِينِ،

"Maka ucapan ini adalah bentuk ucapan kekufuran terhadap nikmat Allah Subḥānahu wa Taʿālā dan termasuk dari lemahnya keyakinan,"

لِأَنَّ الْقَوِيَّ الْيَقِينِ يَعْتَقِدُ أَنَّ الْأَرْزَاقَ بِيَدِ اللهِ،

"Karena orang yang kuat keyakinannya kepada Allah meyakini bahwa rezeki itu di tangan Allah,"

فَيَكُونُ الْحَمْدُ الْمُطْلَقُ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.

"Maka pujian yang mutlak sebenarnya hanyalah milik Allah ʿAzza wa Jalla."

( Lihat Kitab I'anatul Mustafid bi syarhi kitaabit tauhid halaman 76-77)

Previous Post