*CERMIN AKHLAK DAN KEIKHLASAN SALAFUS SHALIH*


 وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ : إِنِّي لَأَسْتَحْيِي مِنَ الرَّجُلِ يَطَأُ بِسَاطِي ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرٌ مِنْ آثَارِ بِرِّي.

Ibnu ‘Abbas dahulu pernah berkata: “Sesungguhnya aku merasa malu terhadap seorang lelaki yang menginjak permadanku tiga kali, lalu tidak tampak padanya bekas dari kebaikanku.”

(al-Muntadhzom 6/74)

 وَقَالَ أَيْضًا لَهُ : ثَلَاثَةٌ لَا أُكَافِئُهُمْ : رَجُلٌ بَدَأَنِي بِالسَّلَامِ، وَرَجُلٌ وَسَّعَ لِي فِي الْمَجْلِسِ، وَرَجُلٌ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي الْمَشْيِ إِلَيَّ إِرَادَةَ التَّسْلِيمِ عَلَيَّ.

 Beliau juga berkata:

 “Ada tiga orang yang aku tidak sanggup membalasnya: orang yang memulai mengucapkan salam kepadaku, orang yang melapangkan tempat duduk untukku, dan orang yang kakinya berdebu berjalan menemuiku hanya untuk mengucapkan salam.”

 فَأَمَّا الرَّابِعُ فَلَا يُكَافِئُهُ عَنِّي إِلَّا اللهُ جَلَّ وَعَزَّ.

 “Adapun yang keempat, maka tidak ada yang dapat membalasnya selain Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia.”

 قِيلَ : وَمَنْ هُوَ ؟ قَالَ : رَجُلٌ نَزَلَ بِهِ أَمْرٌ فَبَاتَ لَيْلَتَهُ يُفَكِّرُ بِمَنْ يُنْزِلُهُ، ثُمَّ رَآنِي أَهْلًا لِحَاجَتِهِ فَأَنْزَلَهَا بِي.

Ditanyakan kepadanya:

“Siapa dia?” Beliau menjawab: “Seseorang yang ditimpa masalah, lalu ia semalaman berpikir kepada siapa ia akan mengadukan urusannya, kemudian ia melihatku layak untuk menunaikan kebutuhannya, lalu ia sampaikan kepadaku.” (‘Uyūn al-Akhbār 3/177)

 وَقَالَ أَيْضًا : لَا يُزَهِّدَنَّكَ فِي الْمَعْرُوفِ كُفْرُ مَنْ كَفَرَهُ، فَإِنَّهُ يَشْكُرُكَ عَلَيْهِ مَنْ لَمْ تَصْطَنِعْهُ إِلَيْهِ.

Beliau juga berkata: “Janganlah engkau enggan berbuat baik hanya karena ada yang mengingkarinya, karena sesungguhnya akan ada yang mensyukurinya meski engkau tidak pernah memberinya.”

(‘Uyūn al-Akhbār 3/180)

 وَقَالَ أَيْضًا : 

صَاحِبُ الْمَعْرُوفِ لَا يَقَعُ، فَإِنْ وَقَعَ وَجَدَ مُتَّكًا.

Dan beliau juga berkata:

*“Orang yang biasa berbuat baik tidak akan pernah jatuh, dan jikapun ia jatuh, ia pasti akan menemukan sandaran.”*

 هَذَا نَحْوُ قَوْلِ النَّبِيِّ ﷺ : الْمَعْرُوفُ يُقِي مَصَارِعَ السُّوءِ.

“Ini mirip dengan sabda Nabi ﷺ:*‘Perbuatan baik dapat mencegah seseorang dari akhir hidup (kematian)  yang buruk.’”*

(‘Uyūn al-Akhbār 3/177)

 وَقَالَ أَيْضًا : مَا رَأَيْتُ رَجُلًا أَوْلَيْتُهُ مَعْرُوفًا إِلَّا أَضَاءَ مَا بَيْنِي وَبَيْنَهُ، وَلَا رَأَيْتُ رَجُلًا أَوْلَيْتُهُ سُوءًا إِلَّا أَظْلَمَ مَا بَيْنِي وَبَيْنَهُ.

Dan beliau juga berkata: “Tidaklah aku berbuat baik kepada seseorang melainkan hubungan antara aku dan dia menjadi terang bercahaya; dan tidaklah aku berbuat buruk kepada seseorang melainkan hubungan antara aku dan dia menjadi gelap.”

(‘Uyūn al-Akhbār 3/177)

 وَعَنْ أَبِي حَازِمٍ قَالَ:

 انْصَرَفْتُ مِنَ الْعَصْرِ إِلَى سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ - وَكَانَ صَائِمًا - فَلَمَّا أَمْسَى قُلْتُ لِغُلَامِهِ هَاتِ فِطْرَهُ، قَالَ: مَا عِنْدَهُ شَيْءٌ.

Dari Abu Hazim, ia berkata: 

“Aku pulang dari shalat asar mendatangi Sahl bin Sa’d – ia saat itu sedang berpuasa. Ketika waktu berbuka tiba, aku berkata kepada pelayannya: ‘Bawakan makanan berbuka untuknya.’ Ia menjawab: ‘Ia tidak punya apa pun.’”

 قَالَ: فَتَمْرٌ؟ قَالَ: وَلَا تَمْرٌ.

Aku bertanya: “Kalau begitu, kurma?” Ia menjawab: “Bahkan kurma pun tidak ada.”

 قَالَ: فَجَعَلْتُ أَسُبُّهُ، وَأَقُولُ: شَيْخٌ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ ﷺ ضَيَّعْتَهُ؟ 

قَالَ: وَمَا ذَنْبِي؟ فَتَحَ الْيَوْمَ خَزَانَتَهُ فَمَا تَرَكَ فِيهَا بُرَّةً وَلَا شَعِيرَةً إِلَّا قَسَمَهُ.

Aku pun memarahinya dan berkata: “Seorang syekh dari sahabat Nabi ﷺ engkau biarkan begini?”

Ia menjawab:

“Apa salahku? 

Hari ini ia telah membuka gudangnya dan tidak menyisakan sebutir gandum pun atau jelai pun melainkan ia telah membaginya.”

(Mawsū‘ah Ibn Abī ad-Dunyā 4/126)

 وَأَتَى رَجُلٌ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ لَا يَسْأَلُهُ، فَقَالَ الْحَسَنُ: إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لَا تَصْلُحُ إِلَّا فِي غُرْمٍ فَادِحٍ أَوْ فَقْرٍ مُدْقِعٍ أَوْ حِمَالَةٍ مُفْظِعَةٍ.

Ada seorang lelaki datang kepada Hasan bin ‘Ali tanpa meminta langsung, maka Hasan berkata: 

*“Permintaan (meminta-minta) itu tidak pantas kecuali dalam hutang yang sangat berat, kemiskinan yang sangat parah, atau denda yang besar.”*

 فَقَالَ الرَّجُلُ: مَا جِئْتُ إِلَّا فِي إِحْدَاهُنَّ. فَأَمَرَ لَهُ بِمِائَةِ دِينَارٍ.

Lalu lelaki itu berkata:

 “Aku datang karena salah satu dari tiga hal itu.” Maka Hasan pun memberinya seratus dinar.

 ثُمَّ أَتَى الرَّجُلُ الْحُسَيْنَ بْنَ عَلِيٍّ فَسَأَلَهُ، فَقَالَ لَهُ مِثْلَ مَقَالَةِ أَخِيهِ، فَرَدَّ عَلَيْهِ كَمَا رَدَّ عَلَى الْحَسَنِ، فَقَالَ: كَمْ أَعْطَاكَ؟ قَالَ: مِائَةَ دِينَارٍ. فَنَقَصَهُ دِينَارًا، كَرِهَ أَنْ يُسَاوِيَ أَخَاهُ.

Lalu lelaki itu datang kepada Husain bin ‘Ali dan meminta kepadanya, maka Husain berkata seperti perkataan saudaranya, dan lelaki itu menjawab sebagaimana ia jawab kepada Hasan. Husain bertanya:

 “Berapa yang diberikan saudaraku kepadamu?”

 Ia menjawab: “Seratus dinar.” Maka Husain menguranginya satu dinar, karena beliau tidak suka menyamai saudaranya.

(‘Uyūn al-Akhbār 3/141)

 وَعَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ أَنَّ الْحَارِثَ بْنَ هِشَامٍ وَعِكْرِمَةَ بْنَ أَبِي جَهْلٍ وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ خَرَجُوا يَوْمَ الْيَرْمُوكِ حَتَّى انْبَتُّوا، فَدَعَا الْحَارِثُ بْنُ هِشَامٍ بِمَاءٍ لِيَشْرَبَهُ، فَنَظَرَ إِلَيْهِ عِكْرِمَةُ فَقَالَ: ادْفَعْهُ إِلَى عِكْرِمَةَ.

Dari Habib bin Abi Tsabit:

al-Harits bin Hisyam, Ikrimah bin Abi Jahl, dan ‘Ayyasy bin Abi Rabi’ah pada hari Yarmuk berada di garis depan hingga mereka sangat kehausan. 

Al-Harits bin Hisyam meminta air untuk diminum, lalu Ikrimah melihatnya dan berkata:

 “Berikanlah kepadaku.”

 فَنَظَرَ إِلَيْهِ عَيَّاشٌ فَقَالَ عِكْرِمَةُ : ادْفَعْهُ إِلَى عَيَّاشٍ.

Lalu ‘Ayyasy memandang kepada Ikrimah, maka Ikrimah berkata: 

“Berikan kepada ‘Ayyasy.”

 فَمَا وَصَلَ عَلَى عَيَّاشٍ حَتَّى مَاتَ وَلَا عَادَ إِلَيْهِمْ حَتَّى مَاتُوا، فَسُمِّيَ هَذَا حَدِيثَ الْكِرَامِ.

Maka air itu belum sempat sampai kepada ‘Ayyasy hingga ia meninggal, dan tidak kembali lagi kepada yang lain hingga mereka semua meninggal. Maka kisah ini disebut sebagai Hadits al-Kirām (kisah orang-orang mulia).

(‘Uyūn al-Akhbār 3/390)

 وَعَنْ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ: كَانَ سَعِيدُ بْنُ الْعَاصِ لَهُ إِذَا أَتَاهُ سَائِلٌ فَلَمْ يَكُنْ عِنْدَهُ مَا سَأَلَ قَالَ: اكْتُبْ عَلَيَّ بِمَسْأَلَتِكَ سِجِلًّا إِلَى أَيَّامٍ يُسْرِي.

Dari Sufyan bin ‘Uyainah:

 “Adalah Sa‘id bin al-‘Ash, jika ada pengemis datang meminta sesuatu sedangkan ia tidak punya untuk diberi, maka ia berkata: 

‘Tuliskan permintaanmu kepadaku di surat hingga hari-hari kelapangan nanti.’ (‘Uyūn al-Akhbār 1/387)

*(Lihat kitab Hayaatus Salaf Bainal Qauli Wal 'Amali Halaman 371-372)*

Previous Post