“Doa Orang yang Terzalimi, Langsung Menembus Langit”
قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ
“Abu Darda pernah berkata,”
إِيَّاكُمْ وَدَعْوَةَ الْيَتِيمِ
“Hati-hatilah kalian terhadap doa anak yatim,”
وَدَعْوَةَ الْمَظْلُومِ
“dan (hati-hatilah juga terhadap) doa orang yang terzalimi,”
فَإِنَّهَا تَسْرِي بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
“karena sesungguhnya doa meraka itu menembus (langit) pada malam hari sementara manusia sedang tidur.”
( shifatus shofwah : 1/301)
وَقَالَ أَيْضًا
“Dan beliau (Abu Darda) juga berkata,”
إِيَّاكَ وَدَعَوَاتِ الْمَظْلُومِ
“Waspadalah engkau terhadap doa-doa orang yang terzalimi,”
فَإِنَّهُنَّ يَصْعَدْنَ إِلَى اللهِ
“karena sesungguhnya doa-doa mereka itu naik menuju Allah,”
كَأَنَّهُنَّ شَرَارَاتٌ مِنْ نَارٍ
“seakan-akan (doa-doa mereka itu) seperti percikan-percikan api.”
( Assiyar dalam kitab tahdzibnya : 1/272)
( Lihat Kitab Hayatus salaf bainal qauli wal amali halaman 478)
وَقَالَ حُمَيْدُ بْنُ هِلال
“Dan Humaid bin Hilal berkata,”
كَذَبَ رَجُلٌ عَلَى مُطَرِّفِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ الشَّخِّيرِ لَهُ
“Seorang laki-laki berdusta atas (nama) Mutarrif bin ‘Abdullah bin asy-Syakhkhīr.”
فَقَالَ لَهُ مُطَرِّفٌ : إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا، فَعَجَّلَ اللهُ حَتْفَكَ
“Maka Mutarrif berkata kepadanya:
‘Jika engkau berdusta, semoga Allah segerakan kematianmu.’”
فَمَاتَ الرَّجُلُ مَكَانَهُ
“Maka laki-laki itu pun mati di tempatnya.”
📖 Mawsū‘ah Ibn Abī ad-Dunyā, 2/363)
وَعَنْ عِصَامِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ
“Dan dari ‘Iṣām bin Zaid, ia berkata,”
كَانَ رَجُلٌ مِنَ الْخَوَارِجِ يَغْشَى مَجْلِسَ الْحَسَنِ فَيُؤْذِيهِمْ
“Ada seorang laki-laki dari Khawarij yang sering mendatangi majelis al-Hasan, lalu menyakiti mereka.”
فَقِيلَ لِلْحَسَنِ : يَا أَبَا سَعِيدٍ أَلَا تُكَلِّمُ الْأَمِيرَ حَتَّى يَصْرِفَهُ عَنَّا ؟
“Maka dikatakan kepada al-Hasan:
‘Wahai Abu Sa‘id, maukah engkau berbicara kepada amir agar ia memalingkan orang itu dari kami?’”
قَالَ : فَسَكَتَ عَنْهُمْ
“Maka al-Hasan diam dan tidak menanggapi mereka.”
قَالَ : فَأَقْبَلَ ذَاتَ يَوْمٍ وَالْحَسَنُ جَالِسٌ مَعَ أَصْحَابِهِ، فَلَمَّا رَآهُ قَالَ : اللَّهُمَّ قَدْ عَلِمْتَ أَذَاهُ لَنَا، فَاكْفِنَاهُ بِمَا شِئْتَ.
فَأَقْبَلَ ذَاتَ يَوْمٍ وَالْحَسَنُ جَالِسٌ مَعَ أَصْحَابِهِ
“Pada suatu hari orang itu datang, sementara al-Hasan sedang duduk bersama para sahabatnya.”
فَلَمَّا رَآهُ قَالَ : اللَّهُمَّ قَدْ عَلِمْتَ أَذَاهُ لَنَا، فَاكْفِنَاهُ بِمَا شِئْتَ
“Maka ketika beliau melihatnya, beliau berkata:
‘Ya Allah, Engkau mengetahui gangguannya terhadap kami, maka lindungilah kami darinya dengan cara yang Engkau kehendaki.’”
قَالَ :
فَخَرَّ الرَّجُلُ وَاللهِ مِنْ قَامَتِهِ، فَمَا حَلَّ إِلَى أَهْلِهِ إِلَّا مَيِّتًا عَلَى سَرِيرٍ، فَكَانَ الْحَسَنُ إِذَا ذَكَرَهُ بَكَى وَقَالَ لِلنَّاسِ : مَا كَانَ أَغَرَّهُ بِاللهِ.
فَخَرَّ الرَّجُلُ وَاللهِ مِنْ قَامَتِهِ
“Demi Allah, orang itu jatuh dari berdirinya.”
فَمَا حَلَّ إِلَى أَهْلِهِ إِلَّا مَيِّتًا عَلَى سَرِيرٍ
“Dan ia tidak sampai kepada keluarganya melainkan sudah mati di atas dipan.”
فَكَانَ الْحَسَنُ إِذَا ذَكَرَهُ بَكَى
“Maka setiap kali al-Hasan mengingatnya, beliau menangis.”
وَقَالَ لِلنَّاسِ : مَا كَانَ أَغَرَّهُ بِاللهِ
“Dan beliau berkata kepada orang-orang:
‘Betapa tertipunya dia terhadap Allah.’”
*📖 Mawsū‘ah Ibn Abī ad-Dunyā, 2/364*
وَعَنْ الْحَجَّاجِ بْنِ صَفْوَانَ قَالَ : وَشَى رَجُلٌ بِبُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ إِلَى الْوَلِيدِ، فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ الْوَلِيدُ وَالرَّجُلُ عِنْدَهُ، قَالَ : فَجِيءَ بِهِ تَرْعُدُ فَرَائِصُهُ، فَأُدْخِلَ عَلَيْهِ، فَسَأَلَهُ عَنْ ذَلِكَ، فَأَنْكَرَهُ بُسْرٌ، وَقَالَ : مَا فَعَلْتُ؟
“Dari al-Ḥajjāj bin Ṣafwān, ia berkata:
Ada seorang laki-laki mengadu tentang Busyr bin Sa‘īd kepada al-Walīd.
Maka al-Walīd memanggil Busyr, sementara orang itu ada di hadapannya.
Busyr pun didatangkan dengan tubuh bergetar karena takut, lalu dimasukkan ke hadapan al-Walīd.
Al-Walīd menanyainya tentang hal itu, tetapi Busyr mengingkarinya dan berkata:
‘Aku tidak melakukannya.’”
فَالْتَفَتَ الْوَلِيدُ إِلَى الرَّجُلِ، فَقَالَ : يَا بُسْرُ هَذَا يَشْهَدُ عَلَيْكَ بِذَلِكَ. فَنَظَرَ إِلَيْهِ بُسْرٌ، وَقَالَ : أَهَكَذَا ؟ فَقَالَ : نَعَمْ. فَنَكَّسَ رَأْسَهُ، وَجَعَلَ يَنْكُثُ فِي الْأَرْضِ، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ : اللَّهُمَّ قَدْ شَهِدَ بِمَا قَدْ عَلِمْتَ أَنِّي لَمْ أَقُلْهُ، اللَّهُمَّ فَإِنْ كَانَ صَادِقًا فَأَرِنِي بِهِ عَلَى مَا قَالَ. فَانْكَبَّ الرَّجُلُ عَلَى وَجْهِهِ، فَلَمْ يَزَلْ يَضْطَرِبُ حَتَّى مَاتَ.
“Maka al-Walīd berpaling kepada orang itu dan berkata:
‘Wahai Busr, orang ini bersaksi atasmu mengenai hal itu.’
Lalu Busyr menatapnya dan berkata:
‘Apakah benar begitu?’ Ia menjawab: ‘Ya.’
Maka Busyr menundukkan kepalanya, membuat coretan di tanah, kemudian mengangkat kepalanya dan berkata:
‘Ya Allah, ia telah bersaksi dengan sesuatu yang Engkau tahu bahwa aku tidak mengatakannya.
Ya Allah, jika ia benar, maka tunjukkanlah kebenarannya melalui dirinya.’ Maka orang itu pun tersungkur dengan wajahnya ke tanah, dan terus menggelepar hingga mati.”
*📖 Mawsū‘ah Ibn Abī ad-Dunyā, 2/380*
وَعَنْ عَبْدِ الْوَاحِدِ بْنِ زِيَادٍ قَالَ : كُنَّا عِنْدَ مَالِكِ بْنِ دِينَارٍ، وَمَعَنَا مُحَمَّدُ بْنُ وَاسِعٍ، وَحَبِيبٌ أَبُو مُحَمَّدٍ، فَجَاءَ رَجُلٌ فَكَلَّمَ مَالِكًا، وَأَغْلَظَ لَهُ فِي قِسْمَةٍ قَسَمَهَا، وَقَالَ : وَضَعْتَهَا فِي غَيْرِ حَقِّهَا، وَتَتَبَّعْتَ بِهَا أَهْلَ مَجْلِسِكَ وَمَنْ يَغْشَاكَ لِيَكْثُرَ غَاشِيُكَ، وَتَصْرِفَ إِلَيْكَ الْوُجُوهَ.
“Dari ‘Abdul-Wāḥid bin Ziyād, ia berkata:
Kami pernah bersama Mālik bin Dīnār, bersama kami juga Muhammad bin Wāsi‘ dan Ḥabīb Abū Muhammad.
Lalu datang seorang laki-laki, berbicara kasar kepada Mālik mengenai pembagian yang dilakukannya.
Ia berkata:
‘Engkau menaruhnya tidak pada tempatnya, engkau mencarinya untuk orang-orang majelismu dan orang-orang yang mendatangimu, agar jumlah mereka banyak dan perhatian tertuju kepadamu.’”
قَالَ : فَبَكَى مَالِكٌ، وَقَالَ : وَاللهِ مَا أَرَدْتُ هَذَا. قَالَ : بَلَى وَاللهِ لَقَدْ أَرَدْتَهُ. فَجَعَلَ مَالِكٌ يَبْكِي، ثُمَّ قَالَ : اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا قَدْ شَغَلَنَا عَنْ ذِكْرِكَ فَأَرِحْنَا مِنْهُ كَيْفَ شِئْتَ. قَالَ : فَسَقَطَ وَاللهِ الرَّجُلُ عَلَى وَجْهِهِ مَيِّتًا، فَحُمِلَ إِلَى أَهْلِهِ عَلَى سَرِيرٍ.
“Maka Mālik menangis, dan berkata:
‘Demi Allah, aku tidak menginginkan ini.’
Orang itu berkata:
‘Bahkan demi Allah, engkau sungguh menginginkannya!’ Lalu Mālik terus menangis, kemudian berkata:
‘Ya Allah, jika hal ini telah menyibukkan kami dari mengingat-Mu, maka istirahatkanlah kami darinya dengan cara yang Engkau kehendaki.’
Maka demi Allah, orang itu pun jatuh tersungkur dalam keadaan mati, lalu dibawa ke keluarganya di atas dipan.”
*📖 Mawsū‘ah Ibn Abī ad-Dunyā, 2/380*
وَعَنْ الْحَسَنِ بْنِ أَبِي جَعْفَرٍ قَالَ : مَرَّ بَعْضُ الْأُمَرَاءِ يَوْمًا فَصَاحُوا : الطَّرِيقُ، فَفَرَجَ النَّاسُ، وَبَقِيَتْ عَجُوزٌ كَبِيرَةٌ لَا تَقْدِرُ أَنْ تَمْشِيَ، فَجَاءَ بَعْضُ الْجَلَاوِزَةِ فَضَرَبَهَا بِسَوْطٍ ضَرْبَةً، فَقَالَ حَبِيبٌ أَبُو مُحَمَّدٍ نَعْلَهُ : اللَّهُمَّ اقْطَعْ يَدَهُ.
“Dari al-Ḥasan bin Abī Ja‘far, ia berkata:
Suatu hari lewatlah seorang amir, lalu para pengawal berteriak:
‘Beri jalan!’ Maka orang-orang pun menyingkir, sementara seorang nenek tua tetap tinggal karena tidak mampu berjalan.
Maka datanglah salah seorang pengawal lalu memukulnya dengan cambuk.
Maka Ḥabīb Abū Muhammad berkata (sambil melepas sandalnya):
‘Ya Allah, potonglah tangannya.’”
فَمَا لَبِثَ إِلَّا ثَلَاثًا، حَتَّى مَرَّ بِالرَّجُلِ قَدْ أُخِذَ فِي سَرِقَةٍ، فَقُطِعَتْ يَدُهُ.
“Tidak lama kemudian, hanya tiga hari berselang, orang itu tertangkap karena mencuri, lalu tangannya pun dipotong.”
📖 Mawsū‘ah Ibn Abī ad-Dunyā, 2/380
( Lihat Kitab Hayatus Salaf Bainal Qauli wal Amali halaman 479-480)
