Tahapan rintangan dalam perjalanan menuju Allah.

 

Apabila seorang hamba telah bertekad untuk melakukan perjalanan menuju Allah dan bertekad untuk menggapainya, maka ia pasti akan berhadapan dengan berbagai tipu daya dan kendala yang merintangi jalannya. Mula mula ia tertipu dengan dorongan syahwat, jabatan, kesenangan, pernikahan dan pakaian. Jika ia terus melayani syahwat tersebut maka terputuslah perjalanannya menuju Allah. 

Namun jika ia berhasil menolak dan mengabaikan syahwat tadi dan mengabaikan syahwat tersebut serta jujur dalam menempuh perjalanannya maka (selanjutnya) ia akan diuji dengan banyaknya jumlah pengikut dan murid, orang-orang akan mencium tangannya, ia akan diberi tempat duduk yang luas dan nyaman disetiap majelis yang di selenggarakan, iapun selalu ditunjuk untuk berdoa dan dimintai berkahnya dan berbagai ujian lain yang akan menimpa dirinya. Jika hamba tersebut memperdulikan pengagungan orang orang terhadapnya, niscaya terputuslah perjalanannya menuju Allah dan hanya itulah keuntungan yang ia peroleh. 


Namun jika ia berhasil mengabaikan dan tidak memperdulikan semua itu, maka ia akan diuji lagi dengan berbagai karomah (keistimewaan)  dan kasyf (penyingkapan rahasia). Jika si hamba melayani dan tunduk terhadap ilham palsu tersebut, maka terputuslah perjalanannya mencapai Allah,  dan hanya itulah keuntungan yang diperolehnya. Sebaliknya jika ia tidak memperdulikan semua itu, maka ia akan diuji dengan mengucilkan dan mengasingkan diri dan iapun merasakan lezatnya perasaan berpadunya hati dengan Allah,  mulianya kesendirian, dan nikmatnya terlepas dari urusan dunia. 

Jika hamba tersebut terus berada dalam kesendirian itu, niscaya perjalanannya untuk mencapai tujuan (Allah) akan terputus. Akan tetapi jika hamba tersebut berhasil melepaskan diri darinya dan berjalan pada apa yang dikehendaki dan dicintai oleh Allah. Yang selalu berpihak pada apa yang dicintai dan diridhao Allah dimanapun dan bagaimanapun kondisinya, apakah ia menjadi susah karenanya atau justru menjadi senang .

Baik ia melaluinya dengan kenikmatan maupun kepedihan, apakah sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah itu menempatkannya di tengah masyarakat atau justru mencabutnya dari tengah masyarakat,  dan ia hanya memilih untuk dirinya apa yang dipilihkan oleh pelindung dan tuannya (Allah),  taat kepada perintahNya dengan melaksanakan perintah itu semampunya, bahkan jiwanya begitu mudah mendapatkan ketentraman dan kesenangannya yang diridhai dan diperintahkan oleh Rabbnya,  maka hamba yang memiliki kriteria kriteria tersebutlah yang dikatakan telah berhasil menggapai tujuannya. Dan apabila sudah demikian, tidak ada satupun yang dapat memutuskan hubungannya dari Rabbnya. Hanya kepada Allah kita memohon taufiik.


 (fawaaidul fawaaid hal. 251- 252)



    Next Post Previous Post