Ciri ciri riya'



Dahulu Amiirul mukminiin Ali Radhiyallahu ta'ala 'anhu  pernah berkata,  " sesungguh orang yang riya memiliki tiga tanda (ciri) , yakni,  ia malas beribadah ketika sendirian ( saat tidak ada yang melihat), dan  (karna saking malasnya) iapun sholat sunnah dengan cara duduk. ia bersemangat melakukan amal sholih ketika bersama manusia. Ia akan menambah (memperbagus ) amal shalihnya apabila manusia memujinya sebagaimana dia juga akan mengurangi amal shalihnya ketika manusia mencelanya.' " 

( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlaash halaman 534 )

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, " Tidak ada sholat yang paling berat dilakukan oleh orang - orang munafik daripada sholat Fajar (Subuh) dan sholat 'Isya. Seandainya mereka mengetahui  (keutamaan) apa saja yang ada dalam dua sholat tersebut, maka mereka pasti akan mendatanginya ( menunaikannya) meskipun mereka (mendatanginya) dalam keadaan merangkak ." 

( Dikeluarkan oleh Al -Bukhari : 2/141 ( Al Fathu ) dan Muslim : 5/154 (nawawiy) dan yang lainnya, dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu) ( Lihat Takhrij tersebut dalam kitab  Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlaash halaman 532)

Dari 'abdah bin abi lubaabah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "  sesungguhnya orang yang paling dekat (mudah tertimpa) dengan perbuatan riya' adalah orang yang merasa aman dari riya'."

( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 568)

Diantara ( contoh) halusnya riya' (yang ke tiga) yakni, apa yang telah diisyaratkan oleh ibnu Rajab rahimahullah  pada perkataan beliau, " dan disini ada setitik noda (riya' ) yang sangat dalam (halus/tersembunyi), yakni terkadang ada manusia yang sengaja mencela dirinya dihadapan manusia, namun yang dia inginkan dari perbuatannya itu adalah agar manusia memandang dirinya adalah orang tawadhdhu' sehingga dirinyapun akan terangkat dihadapan manusia dan manusiapun memujinya. Ini adalah termasuk diatara pintu riya yang sangat terselubung. Dan hal ini telah diingatkan dahulu oleh para salufush shalih. Berkata mutharrif bin Abdillah bin syikhkhir, " cukuplah seseorang dikatakan telah berlebih lebihan menyanjung dirinya  ketika ia mencela dirinya dihapan khlayak ramai, seakan akan engkau ingin mencelanya namun malah engkau menghiasinya( memujinya). Dan perbuatan itu adalah perbuatan rendah disisi Allah

 ( Lihat kitab ta'thiirul anfas min hadiitsil ikhlash halaman 543 )

Berkata hasan Al Bashriy, " siapa saja yang mencela dirinya dihadapan orang banyak, maka sungguh ia telah memuji dirinya, dan hal itu termasuk tanda riya' . Dahulu Ibrahim bin Adham rahimahullah pernah berkata, " janganlah engkau bertanya kepada saudaramu tentang puasanya, karna jika dia berkata, " saya puasa, maka jiwanya akan senang dengan hal itu, jika dia berkata, " aku tidak puasa, maka jiwanya akan sedih. Dan dua hal diatas adalah tanda riya. Dan pertanyaan mu itu adalah aib bagi orang yang ditanya dan orang yang bertanya tersebut akan menampakkan aurat ( aib) orang yang ditanya 

( Lihat kitab ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 543 - 544)

Berkata sufyan Ats tsauriy , " sesungguhnya ada seorang hamba yang beramal sholih secara sembunyi sembunyi, kemudian syaithan senantiasa menggodanya sehingga iapun menceritakan amal sholihnya yang termbunyi tersebut, maka catatan amalnya pun berpindah dari catatan amal sembunyi sembunyi menjadi catatan amal yang dilakukan terang terangan. Diantara mereka ada yang terbiasa puasa senin dan kamis, namun apabila dia diundang untuk makan ( pada hari ia puasa tersebut),  maka ia berkata, " hari ini kan hari kamis ". Seandainya dia berkata, " aku sedang puasa, maka itulah ujiannya, namun perkataan dia ketika mengatakan, " hari ini kan hari kamis" maknanya, " sesungguhnya aku berpuasa setiap hari kamis " 

( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 544)

...Jenis yang ketiga (yang termasuk kesyirikan) adalah, " Seorang yang mengerjakan amal shaleh dengan tujuan (untuk mendapatkan) harta, seperti orang yang berhaji untuk memperoleh harta, bukan karna Allah (sama sekali), berhijrah untuk mendapatkan (balasan) duniawi atau untuk menikahi seorang wanita, atau berjihad untuk mendapatkan ganimah(harta rampasan perang). Bentuk (kesyirikan) lainnya juga disebutkan (oleh sebagian dari ulama salaf) ketika menafsirkan ayat ini ( Surat hud:15 -16).  lainnya)adalah  seperti seorang yang menuntut ilmu karena (keberadaan) madrasah milik keluarganya, atau karna usaha mereka, atau kedudukan mereka, atau seorang yang mempelajari al-Qur-an dan kontinyu melaksanakan shalat fardhu karena tugasnya di masjid, sebagaimana ini sering terjadi." 

( Lihat kitab Fathul Majid lisyarhi kitaabi at tauhid halaman 403 pada penjelasan, " Bab min asy syirki Iraadatul Insaan bi 'amalihi ad dunya " )

Dikisahkan ada seorang ‘alim yang selalu shalat di shaf paling depan. Suatu hari ia datang terlambat, maka ia mendapat shalat di shaf kedua. Di dalam benaknya terbersit rasa malu kepada para jama’ah lain yang melihatnya. Maka pada saat itulah, ia menyadari bahwa sebenarnya kesenangan dan ketenangan hatinya ketika shalat di shaf pertama pada hari-hari sebelumnya disebabkan karena ingin dilihat orang lain  (riya'). 

Dan ini merupakan ( salah satu contoh) halus dan samarnya (riya'), sedikit sekali amal sholih seseorang yang selamat darinya dan sedikit sekali orang yang memperhatikannya kecuali orang orang yang diberi taufik oleh Allah, Orang orang yang lalai dari perkara ini, nanti pada hari kiamat akan melihat kebaikan (amal sholihnya) menjadi keburukan, dan merekalah yang dimaksud dalam firman Allah,

 " Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan"( az zumar : 47)." 

Mereka jugalah yang dimaksud dalam firman Allah, 

" Dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat( Az zumar : 48)." 

dan mereka juga yang dimaskud dalam firman Allah 'azza wa jalla, 

Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" , Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. ( surah al kahfi : 103 -104) 

( lihat semua pembahasan diatas dalam kitab tazkiyatun nufuus halaman 15 -16 )

Berkata Fudhail bin 'iyadh, " seseorang yang  beramal ( shalih) karna manusia adalah kesyirikan, sedangkan orang yang meninggalkan amal (shalih) karna manusia adalah perbuatan riya' . Sedangkan ikhlash adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari keduanya ( riya' dan syirik). Makna dari meninggalkan amal karna manusia adalah dia (orang yang riya' tersebut) tidak suka untuk beramal shalih kecuali kalau dipuji oleh manusia. Jika dia tidak menemukan orang orang yang memujinya ketika beramal shalih maka dia tidak jadi beramal sholih dan diapun malas beramal. Terkadang sebagian manusia mengobati penyakit riya' dengan cara yang salah. Sehingga dia terjatuh dalam kesalahan bahkan lebih buruk lagi. Inilah penyakit yang dialami oleh manusia dizaman dulu dan di zaman sekarang 

( kitab Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 535 )

Berkata Abdullah bin mubaarak, "seandainya ada dua orang yang berkawan berjalan di sebuah jalan kemudian salah seorang dari keduanya ingin sholat dua rokaat , namun dia tidak jadi sholat karna (tidak enak dengan)  temannya, maka itulah riya' ,  jika ia sholat karna temannya maka itulah kesyirikan." 

( lihat kitab ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 570 )



Berkata Fudhail bin 'iyadh, " Jika engkau melihat orang yang berilmu ('alim) atau ahli ibadah yang dadanya lapang (senang) ketika disebut dirinya dengan kebaikan dihadapan Umara (para penguasa) dan dihadapan anak anak dunia, maka ketahuilah sesungguhnya dia adalah orang yang riya' ."

 Dahulu sholih al murriy rahimahullah pernah berkata, " siapa saja yang mengaku telah ikhlas dengan ilmunya,  maka lihatlah ia ketika manusia mensifatinya ( mengatakan kepadanya) bahwa ia orang jahil dan orang yang riya' . Jika dadanya lapang dengan tuduhan manusia tersebut, maka berarti ia telah jujur, namun jika ia menggerutu (marah) dengan tuduhan tersebut, maka berarti dia adalah orang yang riya' ."

 ( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 529 )

Abul Qashim al  juu'iy, " pernah berkata, " Asal dari rasa cinta adalah mengenal (orang yang dicintai), asal dari ketaatan adalah pembenaran, asal dari rasa takut adalah merasa diawasi oleh Allah,  asal dari segala macam kemaksiatan adalah terlalu banyak angan angan dan  cinta dengan jabatan (kepemimpinan)  adalah asal (sebab) terjadinya  setiap peperangan  " 

Dahulu Al Anthakiy pernah berkata, " Jabatan (kepemimpinan) adalah kepala dari cinta riya',  ia adalah  sesuatu yang dicintai oleh jiwa (nafsu) dan  penyejuk pandangannya Syaithan. "

( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 293 )

Berkata Fudhail bin 'iyadh, " Tidaklah ada  seseorang yang cinta dengan kepemimpinan (jabatan) kecuali pasti ia akan senang (sering) untuk menyebut nyebut kekurangan dan aib aib orang lain agar terbedakan,(agar orang orang tahu ) bahwa ia memiliki sifat kesempurnaan (kelebihan). Dan ia tidak akan suka jika ada orang lain yang disebut sebut kebaikannya (dihadapannya) . . ." 

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 293 )

" Siapa saja yang engkau melihatnya merasa nyaman (tenang) dengan jabatan (kepemimpinan) dan dia senang untuk dihormati orang ( didengar), janganlah  sekali kali engkau mendekatinya dan janganlah engkau minta tolong kepadanya, jika ia menolongmu, maka janganlah engkau mengharapkan suatu keberuntungan darinya." 

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash  halaman 294 )

Hasan Al Bashriy rahimahullah dahulu pernah berkata, " Hukuman bagi ulama adalah matinya  hati hati mereka, dan matinya hati hati mereka (ulama) adalah ketika mereka mencari dunia dengan amalan akhirat, lalu merekapun  mendekat untuk mencari dunia di sisi (kepada) anak anak dunia." 

Dahulu Umar bin Khatthab Radhiyallahu 'anhu pernah berkata, jika engkau melihat seorang yang berilmu mencintai dunia, maka curigailah ia dalam agamanya, karna setiap orang yang mencintai sesuatu, maka pembicaraannya adalah seputar apa yang dia cintai."

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlas halaman 528 )


Berkata Mutharrif, " sesungguhnya sesuatu (sarana) yang paling buruk yang digunakan oleh seseorang untuk mencari dunia adalah dengan amalan akhirat." 

( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 572 )


Tidak (dikatakan -pent) bertakwa kepada Allah orang orang yang senang agar manusia menyebut nyebutnya dengan kebaikan 

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 286 )

Next Post Previous Post