Cermin Akhlak Salafus Shalih
Dari mu'adz bin sa'id , ia berkata, " kami pernah bersama atha' bin abi Robah, lalu seorang lelaki menyebutkan sebuah hadits, namun ada orang lain yang langsung memotong (menyanggah/menentang) pembicaraannya. Maka Atha' berkata, " Mahasuci Allah, Akhlak macam apa ini ??? Akhlak macam apa ini ?? ???Sesungguhnya aku pernah mendengar seseorang meriwayatkan sebuah hadits , padahal aku lebih tahu hadits itu daripada orang tersebut , namun aku menunjukkan dihadapannya bahwa aku tidak mengerti apa apa tentang hadits yang ia sampaikan
( shifatus shofwah : 2/214 dalam kitab aina nahnu min akhlaqi as salaaf halaman 125)
Rustah berkata, " Aku pernah mendengar Abdurrahman bin Mahdi menceritakan, " Dahulu kebiasan kami menyatakan bahwa, " Apabila seseorang bersua ( bertemu) dengan orang yang lebih alim (berilmu) dari dirinya, maka itulah hari ia bisa mendapatkan ganimah (yakni ilmu yang datang tiba tiba); apabila seseorang berjumpa dengan orang yang sejajar dengannya dalam ilmu, maka ia bisa saling belajar dan menimba ilmu darinya; dan apabila ia bertemu dengan orang yang lebih rendah ilmunya dari dirinya, maka iapun merendahkan dirinya dan sudi mengajarkannya. SeseorangTidak akan menjadi imam dalam ilmu, jika ia membicarakan semua yang ia dengar. Demikian pula seseorang tidak akan menjadi imam dalam ilmu jika ia menyampaikan hadits dari siapa saja dan suka menyampaikan hadits ganjil.sesungguhnya hafalan itu demi melekatnya ilmu
( siyar a'laamin nubala' : 9/203 dalam kitab aina nahnu min akhlaqi as salaf halaman 124)
Dari abu wa'il diriwayatkan bahwa Ibnu Mas'ud pernah melihat seorang lelaki yang memanjangkan pakaiannya ( isbal) dibawah matakaki. Maka beliau berkata kepadanya, Naikkanlah sarungmu." lelaki itu menjawab," bagaimana denganmu wahai ibnu mas'ud, naikkanlah juga sarungmu ! ,Ibnu mas'ud menjawab, " kedua betisku ceking (kurus) sekali sementara aku mengimami orang orang dalam sholat. " berita itu sampai ke telinga Umar. Umarpun langsung memukul lelaki itu dan berkata, Apakah engkau berani membantah ibnu mas'ud ?
( siyar a'lamin nubala :1/491,492 dalam kitab aina nahnu min alkhlaqi as salaf halaman 123)
Dari Utsman bin al aswad diriwayatkan bahwa ia menceritakan , aku pernah bertanya kepada Atha' , Ada seorang lelaki yang lewat dihadapan sekelompok orang ( suatu kaum). Tiba tiba sebagian orang dari kaum itu mengejek laki laki yang lewat tersebut ( namun laki laki itu tidak tau kalau dia diejek- pent.), aku bertanya apakah sebaiknya ia diberitahu ( kalau dia diejek). Atha' menjawab, JANGAN ... Karna orang yang duduk di suatu majlis, harus mampu menjaga amanah ( ADAB)
( lihat kitab aina nahnu min akhlaaqi as salaaf halaman 125)
Diriwayatkan dari Raja' bin haiwah beliau berkata, " barangsiapa yang hanya bersahabat dengan orang yang menurutnya tidak memiliki aib ( kekurangan) , maka akan sedikit sahabatnya, barangsiapa yang hanya ridho dengan keikhlasan dari sahabatnya , maka ia akan banyak mendongkol, dan barangsiapa yang mencela sahabatnya atas setiap dosa yang dilakukannya, maka ia akan memiliki banyak musuh
( siyar a' lamin nubala :4/558 dalam kitab aina nahnu min akhlaaqi as salaaf halaman 118)
Berkata yunus ash shadafi , " aku tidak pernah mendapati orang yang lebih berakal daripada imam asy syafi'i . Suatu hari aku pernah berdebat dengan beliau tentang suatu permasalah kemudian kamipun berselisih. Namun beliau ( imam syafi'i) kemudian menemuiku dan menggandeng tanganku seraya berkata, wahai abu musa, apakah tidak sepantasnya kita tetap bersaudara meskipun kita tidak sepakat dalam suatu permasalahan?
( siyar a'lamin nubala:10/16 dalam kitab aina nahnu min akhlaaki as salaf halaman 119)
Ibnu mahrawaih pernah menceritakan, " aku pernah menemui Abdurrahman bin Abu Hatim , yang kala itu sedang membacakan kitab aljarh wa ta'dil kepada banyak orang . Akupun menuturkan hal ini kepada beliau, maka beliaupun menangis dan kedua tangannya gemetar sampai sampai kitabnya terjatuh . Beliau terus menangis dan meminta saya untuk terus mengulang ulang cerita (hikayat) itu. Aku (adz dzahabi) berkata," beliau tersentuh mendengar hikayat (cerita) karna takut dan khawatir akan akibat yang dapat menimpanya. Karna cerita semacam itu bila ditujukan kepada para perawi bermasalah , memang merupakan nasihat semata untuk agama Allah dan untuk membela sunnah
( aina nahnu min akhlaqi as salaf halamn 120-121)