Halusnya penyakit Ujub

Dalam kitab hilyatul auliya,  Abul Asyhaab meriwayatkan dari seorang lelaki yang bernama mutharrif bin abdullah berkata : " aku tidur terlelap dan dipagi hari aku bangun dalam keadaan menyesal lebih aku sukai dari pada semalaman sholat namun di pagi hari bangun dengan perasaan ujub


 (siyar a'lamiin nubaala :4/190 dalam kitab aina nahnu min akhlaaqi as salaaf hal. 27)


Dari sa'id bin Abdurrahman dari Abu Hazm ia mengatakan :

" sesungguhnya seorang hamba bisa saja melakukan amalan yang membuatnya senang namun apa yang Allah telah ciptakan sebagai keburukan atasnya lebih mudharat atas dirinya. Dan sesungguhnya seorang hamba bisa saja melakukan keburukan dan ia tidak enak mengamalkannya, namun apa yang telah Allah ciptakan sebagai kebaikan atasnya lebih bermanfaat buat dirinya. Sebabnya adalah ketika si hamba melakukan amal shalih, ia merasa takabbur (sombong)  dan menganggap dirinya memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Bisa jadi dengan sebab itu Allah menggugurkan amal shalihnya bersama banyak amal shalih yang lainnya. Sementara ketika si hamba melakukan kemaksiatan yang dibencinya bisa jadi Allah menumbuhkan perasaan malu dalam dirinya kemudian ia menghadap Allah dalam keadaan rasa takut yang masih tertanam di dalam hatinya 

(shifatus shofwah :2/164  dalam kitab aina nahnu min akhlaaqi as salaaf hal. 28)


Barangsiapa yang mencari ilmu untuk diamalkan, maka ia akan diluluhkan oleh ilmunya, dan akhirnya menangis menyadari kekurangan dirinya dan barangsiapa yang mencari ilmu untuk mencari gelar, agar bisa berfatwa, berbangga bangga dan bersikap riya', maka ia akan menjadi orang yang pandir dan terpedaya oleh diri sendiri, menyepelekan orang lain dan akan dibinasakan oleh sikap ujubnya dan tercabik cabik oleh jiwanya sendiri. Allah berfirman, " Sungguh beruntung jiwa yang Allah sucikan dan sungguh merugi jiwa yang Allah hinakan (Asy syam :9-10), yakni Allah akan menghinakan (mengotorinya) dengan kefasikan dan kemaksiatan yang ia lakukan

 (kitab siyar a'laamin nubaala :18/192)


Berkata al Imam al Hafidz Ibnu Rojab rohimahulloh: "Para salaf (pendahulu) bersungguh-sungguh dalam amal kebaikan namun mereka menganggap diri mereka termasuk yang penuh kekurangan,  mengentengkan, berlumuran dosa..., sementara kita yang penuh dosa...menganggap diri kita termasuk orang-orang yang baik" 

(Majmu' ar Rosail 1/254).

Next Post Previous Post